Usaha Penggemukan Itik Jantan dalam 40 hari


Kalau kita perhatikan, tingkat konsumsi protein hewani masyakarakat sekarang menunjukkan grafik yang terus meningkat seiring dengan tingkat pendapatan dan kesadaran masyarakat. Sebenarnya ini adalah peluang usaha dari sisi pemenuhan kebutuhan daging baik daging ruminansia maupun daging unggas. Dari segi tingkat kebutuhan daging unggas, daging itik menduduki peringkat kedua setelah daging ayam disusul kemudian oleh daging puyuh dan merpati. 

Selama ini pemenuhan kebutuhan daging itik hanya berasal dari itik petelur yang sudah habis masa produktifnya alias sudah di afkir. Hal ini tidak sejalan dengan marak dan berkembangnya bisnis kuliner seperti resto dan yang semisalnya yang menyajikan menu masakan daging bebek (itik). Maraknya resto dan warung tenda yang menyajikan menu bebek seperti lalapan bebek goreng, bebek bakar, dan bebek presto di berbagai daerah bisa menjadi sandaran bagi peternak itik pedaging. Menu olahan daging bebek ternyata menjadi daya tarik tersendiri bagi pecinta kuliner. Tak ayal jumlah permintaan daging itik naik sedangkan ketersediaan barang sedikit sehingga peluang pasar itik pedaging pun kian menjanjikan dan semakin terbuka lebar.

Kualitas dari daging itik afkir tidak sebaik daging itik yang memang dikembangkan sebagai itik pedaging. Daging itik muda mempunyai tekstur lebih lembut, lebih empuk, lebih gurih dan nilai gizinya lebih tinggi lantaran mulai dipotong rata-rata umur 5-6 minggu.
Berikut kami sajikan beberapa pertanyaan yang akan dapat menghilangkan keraguan anda untuk memulai usaha penggemukan itik jantan :
Kenapa mesti itik?
Kita semua tahu dan akan mufakat bahwa satu porsi nasi bebek harganya lebih mahal 1-2 kali lipat jika dibandingkan dengan harga satu porsi nasi ayam (goreng, bakar, crispy, dll). Mengapa? Karena daging itik mempunyai cita rasa khas tersendiri apalagi daging itik muda.

Mengapa itik jantan?

Harga DOD itik jantan lebih murah daripada yang betina, di samping itu secara teori dan praktek pun menyimpulkan bahwa laju pertumbuhan itik jantan lebih cepat dari pada itik betina.

Mengapa 40 hari?

Sebesar 30% biaya produksi masuk untuk biaya pakan. Kebutuhan pakan meningkat seiring dengan bertambahnya umur itik. Selain itu itik jantan relatif lebih banyak mengkonsumsi pakan daripada itik betina. Semakin cepat waktu pemeliharaan harapannya adalah semakin sedikit biaya yang kita keluarkan untuk pakannya. Kedua adalah dengan memperhitungkan harga jual bebek umur 40 hari yang lumayan tinggi. Dan ketiga karena pada rentang umur tersebut adalah laju pertumbuhan yang optimal.

Harga jual dan peluang pasar

Kalau kita cermati harga itik afkir sekarang sekitar Rp 27.000-30.000/ekor dengan berat sekitar 1,5-1,8kg. Dengan harga yang sama kita akan bisa mendapatkan 2 ekor itik remaja.
Setelah beberapa pertanyaan dan keraguan anda sedikit terjawab, dan keinginan untuk usaha ini tetap ada maka kita melangkah pada usaha  manajemen pemeliharaan antara lain masalah bibit, pakan, kandang dan penyakit. Berikut akan kami uraikan sedikit tentang ke-4 hal tersebut.

Bibit

Umur itik antara 1-7 hari disebut dengan DOD (Day Old Duck).  Banyak cara untuk mendapatkan DOD antara lain dengan menetaskan sendiri, beli telur tetasnya, atau beli DOD langsung dari supplier atau produsen DOD. Kami di sini tidak bicara untung-rugi tentang cara mendapatkan DOD, tapi yang kita bicarakan dalam konteks ketersediaan bibit. Kalau lokasi anda dekat dengan penyedia DOD maka mintalah DOD yang sudah berumur 3-7 hari meskipun harganya terpaut sekitar Rp 200-300/ekor tapi akan lebih menguntungkan kalau kita hitung lebih teliti. Keuntungan kalau kita membeli pada umur tersebut adalah sudah bisa diketahui DOD yang kerdil atau tali pusatnya bermasalah dan tingkat kematian (mortalitas) rendah.

Pakan

Pakan DOD umur 1-3 minggu sebaiknya menggunakan pakan pabrikan (concentrate). Yang sering digunakan adalah jenis pakan starter untuk ayam pedaging. Multivitamin dan antibiotika juga perlu diberikan seperti vitachick, rhodivit, sorbitol dan lain sebagainya. Frekuensi pemberian pakan kalau bisa diusahakan lebih banyak dan teratur. Keuntungannya yang akan di dapat dengan frekuensi pemberian pakan lebih banyak adalah pakan yang kita berikan senantiasa fresh dan terkontrol. Setelah umur 3 minggu pakan bisa diganti dengan komposisi 1 bagian konsentrat dengan 2 bagian dedak. Bahan pakan alternatif lain yang bisa diberikan antara lain : siput, rejekan mie instan, ampas kelapa, bihun afkir, roti afkir dan lain sebagainya. Kadar protein yang dibutuhkan antara 16-22% dan energy metabolisme sekitar 2900-3000 kkal/kg.

Kebutuhan pakan dan minum per 100 ekor
Umur (minggu)
Jumlah pakan (kg)
Jumlah minum (ltr)
1
1,5
3,2
2
3
7,2
3
4
10,4
4
6,1
13,6
5
6,5
16
6
6,8
17,6

Kandang

Model kandang untuk penggemukan itik jantan cukup sederhana yaitu kandang bok dan postal. Kandang box digunakan untuk pemeliharaan 1-3 minggu, sedangkan kandang postal untuk pemeliharaan 3 minggu sampai panen. Kunci utama dalam pemeliharaan di kandang box adalah faktor pemanas. Pemanas yang bisa anda gunakan antara lain pemanas buatan (brooder) dengan sumber panas dari minyak tanah, briket batubara, LPG, lampu neon, dop dan sebagainya. Kepadatan kandang per m2 sekitar 30-40 ekor. Sedangkan pada kandang postal yang perlu mendapatkan perhatian adalah kepadatan kandang dan pemantauan laju pertumbuhan. Sering-seringlah mengganti atau menambah alas kandang baik dengan jerami, sekam, atau bahan lain sejenis.

Analisa usaha 
  
Analisa usaha yang kami berikan dengan meniadakan biaya sewa lahan, pembuatan kandang dan tenaga kerja. Mengapa? Anda tentu lebih mengerti jawabannya. Berikut perhitungan usaha penggemukan itik jantan per 100 ekor dalam 40 hari (6 minggu) :

Biaya  
  • DOD 100 ekor  x Rp 3.000 = Rp 300.000
  • Pakan dedak l.k 50 kg x Rp 1.200 = Rp 60.000
  • Pakan pabrik 100 kg x Rp 5.500 = Rp 550.000
  • Obat-obatan Rp 50.000
  • Biaya lain-lain Rp 100.000
  • Total Pengeluaran Rp 1.060.000,-
Pendapatan 

Asumsi bebek yang mati sebelum 6 minggu sebesar 15% (termasuk tinggi). Sehingga yang tersisa adalah 85 ekor dengan harga jual Rp 13.000/ekor maka akan di dapat pendapatan sebesar 85 ekor x Rp 13.000 = Rp 1.275.000,- (harga jual di beberapa daerah bisa tembus angka Rp 18.000-20.000/ekor dengan berat yang sama)

Keuntungan 

Keuntungan = total pendapatan - total biaya = Rp 1.275.000 - 1.060.000 = Rp 215.000
Mungkin keuntungan di atas jauh dari bayangan kita, akan tetapi jangan berpaling dulu.  Perhitungan di atas hanya untuk jumlah pemeliharaan 100 ekor maka kami menyarankan kepada anda untuk memulainya dengan jumlah minimal 500 ekor. Di samping itu waktu kita juga tidak banyak terpakai karena ini sifatnya usaha sambilan dan anda dapat membandingkanya dengan waktu yang terbuang seorang buruh pabrik yang kerja 8 jam per hari dengan gaji yang diterima. Anda perlu tengok kembali waktu perputaran modal anda. Keuntungan bisa kita maksimalkan dengan usaha berikut :
  • Penggunaan pakan alternatif
  • Menekan angka kematian
  • Mencari harga jual tertinggi
Tak selamanya usaha selalu mulus dan mendatangkan fulus alias duit, sehingga kita mesti siap-siap dengan resiko dan kendala yang siap menghadang. Resiko jangan membuat kita lari akan tetapi kita perlu menghadapinya dengan optimisme akan berhasil. Beberapa kendala antara lain :
  1. Keamanan kurang yang bisa mengakibatkan itik mati semua karena penyakit, dicuri orang
  2. Bencana alam yang tidak bisa di duga dan ini kita serahkan dengan yang di atas (Allah SWT)
  3. Hasil panenan tidak ada yang membeli atau belum menemukan pengepul yang cocok.
  4. Limbah bau yang ditimbulkan sehingga mengundang reaksi tetangga sekitar dan bisa jadi kandang kita dirusak, dihancurkan dan bisa jadi ternak kita di jarah alias dirampok
  5. Anakan bebek yang kita beli adalah ‘palsu’, bisa jadi betina atau kualitasnya kurang bagus sehingga laju pertumbuhannya kurang
  6. Harga pakan di tengah jalan melambung tinggi
  7. Pesaing usaha yang mungkin terusik dengan usaha baru kita dan melakukan cara tidak sportif untuk mematikan usaha kita
  8. Tidak mendapat dukungan keluarga dan masyarakat. (www.sentralternak.com)

Modal untuk Memulai Beternak

Modal merupakan faktor penting ke dua setelah niat untuk memulai usaha sudah ada. Dengan modal dapat pula kita menentukan besar kecilnya usaha yang akan dijalankan. Dan dengan modal pula dapat diketahui kekuatan usaha yang akan kita jalankan sebelum melakukan persaingan bisnis dengan orang lain. Akan tetapi perlu diingat, modal bukanlan segalanya. Karena ada usaha yang bisa berjalan dengan modal minim alias modal seadanya bahkan ada usaha yang bisa berjalan dengan modal orang lain. Untuk itu dalam kesempatan kali ini, kami akan memaparkan sedikit jenis-jenis modal atau sumber-sumber modal dalam memulai usaha. Semoga bermanfaat.

Modal sendiri

Menjalankan usaha dengan modal sendiri adalah dambaan setiap orang. Rata-rata usaha peternakan skala kecil menggunakan modal sendiri. Modal sendiri biasanya berasal dari tabungan keluarga yang terkumpul sekian lama, pesangon PHK, warisan, arisan, atau pesangon dana pensiun. Di antara kelebihan modal sendiri antara lain :
  1. Kalau terjadi kegagalan usaha maka kita tidak mempunyai beban pengembalian modal orang lain
  2. Kalau usaha nantinya berhasil maka keuntungan 100% akan menjadi milik kita
  3. Rasa kekhawatiran dalam menjalankan usaha tidak sebesar kalau kita menggunakan modal orang lain
Mengelola usaha dengan modal sendiri akan menimbulkan sikap rasa kehati-hatian dalam menjalankan usaha karena modal tersebut sudah sekian lama dikumpulkan dan akan sia-sia kalau sampai mengalami kegagalan.

Gaduh/bagi hasil

Salah satu system permodalan usaha ternak yang ada di tengah-tengah masayarakat di mana pemodal memberikan sejumlah modal (uang/ternak) kepada pengelola dan nanti kalau ada keuntungan akan dibagi sesuai kesepakatan/perjanjian bersama.  Sistem bagi hasil seringkali menimbulkan permasalahan dalam prakteknya karena ada salah satu pihak yang berusaha berlaku curang. Dalam Islam system seperti ini sudah ada dan telah di atur. Ada beberapa pendapat tentang system bagi hasil menurut ilmu fikih dan kami mengambil pendapat berikut yang menurut kami lebih mendekati kepada kebenaran : “kalau terdapat untung dalam usaha bagi hasil tersebut maka keuntungan dibagi sesuai kesepakatan antara  pemodal dan pengelola, kalau terjadi kegagalan atau kerugian maka dilihat terlebih dahulu penyebabnya kerugian tersebut. Kalau kerugian tersebut disebabkan karena usaha terkena bencana alam (banjir, tanah longsor, angin topan, wabah penyakit dll) maka pihak pengelola tidak ada kewajiban mengganti ternak/modal tersebut. Kalau kerugian yang terjadi diakibatkan oleh kelalaian pihak pengelola seperti ternak dibiarkan kelaparan sampai mati, system keamanan yang teledor sehingga ternak hilang, atau ternak tidak diobati sampai mengakibatkan kematian maka pihak pengelola ada kewajiban mengganti ternak/modal tersebut.

Sistem bagi hasil lebih mengedepankan sikap saling percaya akan tetapi untuk zaman sekarang rasanya sulit menemukan kerjasama dengan system tersebut karena semakin menipisnya rasa kepercayaan. Kami menyarankan kepada pihak pemodal kalau memilih kerjasama dengan system bagi hasil untuk selalu memantau perkembangan usaha minimal satu bulan sekali. Tidak mengapa anda dikatakan sebagai orang yang tidak gampang percaya kepada orang lain daripada modal anda amblas dan tak tahu jalan penyelesaiannya.

Modal pinjaman

Modal pinjaman biasanya diperoleh dari lembaga/instansi permodalan seperti bank, koperasi simpan pinjam/usaha  atau seseorang dengan syarat dan ketentuan tertentu. Modal seperti ini identik dengan praktek ribawi (bunga) dan hukumnya haram menurut agama Islam. Kalau pinjaman tersebut tidak bersyarat seperti pinjam 10jt kembali 10 juta ya tidak ada masalah sama sekali. Seorang pemula hendaknya menjauhi modal pinjaman seperti ini karena di samping haram dampaknya pun panjang dan merugikan. Kita tidak mengetahui usaha yang akan kita jalankan nantinya mengalami keberhasilan atau malah kegagalan. Kalau pun berhasil maka keuntungan yang kita dapatkan haram dan kalau sampai mengalami kegagalan tentu lebih parah lagi karena di samping masih tetap mengembalikan modal pokok kita juga harus menambah sejumlah bunga yang telah disepakati di awal. Istilahnya kerennya sudah jatuh tertimpa tangga juga.

Modal Hibah/Bergulir

Dana hibah/bergulir berasal dari pemerintah, dan dalam penyalurannya dipercayakan kepada LSM atau lainnya. Dana hibah/bergulir dalam prakteknya banyak mengalami kendala. Pada umumnya yang terjadi di lapangan peternak asal-asalan dalam mengelola dana hibah/bergulir. Mengapa ? Karena peternak tidak pernah merasa memiliki dana tersebut dan lebih parah lagi kalau muncul anggapan bahwa dana tersebut berasal dari pemerintah maka uang tersebut adalah uang rakyat, jadi ‘ngemplang’ atau ‘menyalahgunakan’ uang tersebut tidak ada masalah. Maka tak heran kalau kita dapati LSM (penyalur dana hibah) kesulitan ketika melakukan pelaporan pertanggungjawaban ketika dana akan digulirkan kepada kelompok lain. Dan sudah menjadi rahasia umum kalau ternak/modal habis ketika pada waktu pelaporan pertanggungjawaban.

Dari sekian jenis modal atau sumber modal yang telah kami paparkan di atas, kami berkesimpulan bahwa memulai usaha dengan modal sendiri adalah lebih baik dan aman, insyaallah, walaupun modal tersebut sangat terbatas. Mulailah usaha dengan modal seadanya dan bersabar dengan keadaan. Modal yang ada kalau bisa hanya untuk pembelian bibit ternak dan pakan saja, sedangkan untuk pembuatan kandang bisa dibuat dengan bahan-bahan yang tersedia. Ingatlah, segala sesuatu dibangun dari hal-hal kecil. 
 

Virus Buatan Cina Tularkan Flu Burung ke Itik?

Sumber penularan Virus Avian Influenza (Flu Burung) subclade 2.3.2 yang menyerang  itik di Indonesia   diduga berasal dari vaksin home industri Cina tetapi bukan lewat unggas, melainkan vaksin AI clade 2.3.2.

''Menurut dugaan saya kemungkinan ada peternakan Indonesia yang  mengambil vaksin AI clade 2.3.2  home Industri dari Cina.  Mungkin vaksin AI Clade 2.3.2 buatan home industri dari Cina dibeli oleh Vietnam, kemudian menyebar ke Indonesia,'' ungkap   Koordinator Unit Pengendali PenyakitAvian Influenza (flu burung), atau Local Disease Control Center (LDCC) Dinas Pertanian (Distan) DIY Tri Wahana pada Republika.

Maksud peternak tersebut mungkin  untuk mencegah supaya kalau ada virus AI clade 2.3.2 muncul  di Indonesia. ''Namun dalam aplikasinya mungkin justru melakukan penularan virus.  Bisa jadi terjadi mutasi gen clade 2.1 dengan 2.3.2.  Jadi kemungkinan besar penularannya melalui vaksin tersebut. Karena kalau peternak impor unggas justru sudah terdampar di karantina. Kalau yang dibawa dari luar negeri itu berupa vaksin, bisa saja membawanya dengan cara disembunyikan,''kata Tri.

Sehubungan dengan hal tersebut Tri berharap pemerintah Pusat dalam hal ini Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan melakukan penelurusan ke belakang, siapa yang membawanya.
Walaupun itu masih berupa praduga, namun seandainya benar akan menyusahkan masyarakat Indonesia.

Dikatakan Tri, di Vietnam sudah melakukan depopulasi unggas secara besar-besaran.''Kalau depopulasi di Vietnam bisa dilakukan dengan mudah, karena yang melakukan tentara. Sehingga membuat semuanya serba cepat. Termasuk awal AI beberapa tahun lalu, ada jutaan unggas yang dilakukan depopulasi dan langsung habis,'' jelas dia.

Dia mengakui peta penularan virus AI yang sudah bermutasi (clade 2.3.2) sudah bisa diketahui petanya. Selama ini, kata dia,  virus H5N1 yang ada di Indonesia Clade 2.1.

Sedangkan   AI clade 2.3.2 awal mulanya berasal dari Vietnam, Cina. ''Mungkin ada peternak Indonesia yang mengambil vaksin dari home industri Cina. Waktu rapat dengan Dirjen Peternakan dan Kesehatan di Jakarta, tanggal 18 Desember kemarin, diungkapkan ada dugaan kuat ada yang mentransfer vaksin AI clade 2.3.2 dari  Vietnam yang merupakan buatan home industri dari Cina,''jelas dia. (http://www.republika.co.id)

Itik Hibrida MP (Mojosari-Peking)

Asal-usul itik hibrida MP adalah merupakan persilangan yang mulanya antara jenis itik local mojosari (betina) dengan jenis itik peking (pejantan),makanya jenis persilangan ini dinamakan Hibrida MP (mojosari-peking).pada awal mulanya jenis itik hanya sebagai percobaan kelompok tani ternak itik “SEJAHTERA” Desa Modopuro Kec.Mojosari yang selama ini terkenal sebagai central itik local Mojosari,yang mana ingin menciptakan terobosan varian itik baru yang bisa secara pertumbuhan relative lebih cepat dengan hasil yang maksimal,itik jenis ini memang diperuntukkan sebagai itik jenis potong/pedaging unggulan
Berikut ciri-ciri Hibrida MP;
  • Postur tubuh tegak agak lebar porposional
  • Paruh lebar sebagian besar warna hitam dan putih
  • Warna bulu dominan hitam,sebagian kecil ada yang bercorak putih (mirip peking), dan bercorak coklat putih variatif
  • Rata-rata berat dewasa sekitar 3-4kg
  • Kaki agak pendek ketimbang jenis itik local
  • Masa panen 35 hari rata-rata 1,4-1,5kg

Cara Membedakan Jenis Kelamin Bebek/Itik Jantan dan Betina DOD (Day Old Duck)

Ada tiga cara metode sederhana yang dapat digunakan untuk membedakan mana anak itik yang laki-laki (jantan) dan mana itik yang perempuan (betina) yaitu dengan teknik bend sexing, voice sexing dan hand sexing. Bagi yang pemula sebaiknya memilik tehnik sexing yang hand karena tingkat kesulitan rendah dan tingkat kebenaran yang tinggi.

1. Hand Sexing
Hand sexing adalah cara menentukan bebek jantan betina dengan memegang dan melihat bagian anus / dubur / kloaka bebek. Pegang bebek dengan tangan kiri dengan punggung ke arah bawah serta tangan kanan membuka dubur. Jika ada tonjolan runcing warna putih seperti akar kecambah maka itu jantan, sedangkan apabila tidak ada maka betina.

2. Voice Sexing
Voice sexing adalah cara menentukan bebek jantan betina dengan mendengar suaranya. Pegang bebek dan tekan bagian pangkal leher di dekat tembolok. Jika suara serak maka jantan dan jika melengking nyaring itu bebek betina.

3. Bend Sexing
Bend sexing adalah cara membedakan kelamin betina dan jantan anak bebek/itik dod (day old duck) dengan melihat gerak-gerik bebek. Yang jantan kepala lebih besar, badan lebih besar, warna bulu gelap, gerakan lebih tenang, bulu kepala kasar panjang, paruh runcing gelap melengkung, sedangkan yang betina kebalikannya.

Keterangan :
DOD / day old duck adalah itik/bebek yang baru menetas.

Bebek Hibrida, Varietas Baru Bebek Unggulan Dalam Bisnis Unggulan

Unggas yang satu ini tak diperlukan panjang lebar kata untuk menjelaskannya. Ya, siapasih yang  tak kenal dengan “bebek” ? Dagingnya yang  gurih menjadikannya sebagai kegemaran bahkan primadona makanan bagi sebagian besar orang. Banyak kita jumpai warung makan kaki lima hingga restoran berkelas yang menyajikan olahan daging bebek sebagai menu utama mereka. Inilah yang  membuat usaha peternakan bebek memiliki potensi bisnis sangat menggiurkan. Kebutuhan daging bebek yang  terus meningkat dan semakin tak terjangkau oleh kemampuan penyediaan peternak bebek semakin menambah besar potensi bisnis peternakan bebek. Namun sayang, hal ini pulalah yang  justru membuat bebek semakin langka dan terancam “keberadaannya”, mengapa ? Sebagaimana kita ketahui bahwa supplai daging bebek berasal dari bebek afkir, yakni bebek yang  sudah tidak produktif. Namun karena permintaan pasar yang begitu besar akan daging bebek membuat banyak peternak menjual bebek yang masih produktif. Tanpa disadari tindakan ini menyebabkan berkurangnya jumlah bebek produktif yang tentu saja berakibat pada menurunnya “produktifitas” peternakan itu sendiri.

Kondisi inilah yang membuat sebagian peternak berfikir bagaimana mencegah “hal” tersebut terjadi. Para peternak ini kemudian melakukan proses persilangan antar varietas bebek untuk memperoleh bebek unggulan, salah satu hasilnya adalah bebek hibrida. Bebek hibrida merupakan hasil persilangan antara bebek Peking jantan dengan bebek local (Mojosari, JawaTimur)  betina. Bebek hibrida memiliki cirri fisik menyerupai bebek local hanya lebih gemuk dibagian bawah perutnya. Menurut salah seorang peternak bebek hibrida, Budi, yang telah menekuni peternakan bebek hibrida ini varietas bebek hibrida memiliki keunggulan diantaranya :
 
  • Pertumbuhan daging yang cepat. Untuk mencapai berat badan 1,4 – 2 kg hanya diperlukan waktu pemeliharaan antara 40 – 50 hari. Berbeda dengan bebek lokal yang memerlukan waktu pemeliharaan hingga 3 atau 4 bulan.

  • Tingkat FCR tinggi. FCR atau Food Convertion Rate adalah kemampuan ternak dalam menyerap nutrisi yang diberikan untuk pertumbuhan. Semakin tinggi tingkat FCR menunjukkan semakin bagus kemampuan ternak dalam menyerap nutrisi yang diberikan. Bebek hibrida memerlukan pakan sekitar 2,7 kg untuk mencapai berat ideal 1,6 – 2 kg. Berbeda dengan bebek lokal yang memerlukan pakan hingga 4 kg hanya untuk mencapai berat badan 1,2 – 1,4 kg.

  • Rasa daging yang lembut dan gurih. Rasa daging bebek hibrida sangat gurih seperti bebek local namun memiliki tingkat kelembutan atau tekstur daging seperti bebek Peking.

  • Daya tahan tubuh bagus. Bebek hibrida memiliki daya tahan tubuh bagus sehingga tingkat atau rasio kematian kecil.

  • Masa panen cepat dan ongkos produksi yang rendah. Pertumbuhan daging yang cepat dan tingkat FCR yang tinggi menjadikan bebek hibrida sebagai primadona baru dalam usaha peternakan unggas. Bebek hibrida bisa dipanen dalam waktu 40 – 50 hari dengan biaya operasional lebih rendah, yang tentu saja ini sangat menguntungkan bagi peternak bebek hibrida. (http://ekonomi.kompasiana.com)

Nasib, Juragan Bebek Beromzet Puluhan Juta

Krisis moneter tahun 1998 ternyata menjadi tonggak baru dalam sejarah kehidupan Nasib Budiono, peternak itik/bebek asal Dusun Gedang, Desa Modopuro, Kecamatan Mojosari, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur.

”Sebelum membuka usaha ternak sendiri, saya ikut Pak Suwardi. Selama 12 tahun saya bekerja di peternakan milik beliau dan banyak belajar tentang bagaimana beternak bebek secara baik dan benar,” kata Nasib Budiono.

Selama bekerja di peternakan milik tetangganya itu, Nasib tidak semata-mata mengharapkan imbalan uang alias gaji. Dia rupanya menimba ilmu beternak itik/bebek. ”Yang penting ilmunya, bukan berapa saya dibayar,” katanya.

Gonjang-ganjing krisis moneter tahun 1998 berdampak pada kehancuran ekonomi, termasuk gulung tikarnya sejumlah usaha kecil peternakan bebek. ”Setelah tidak bekerja di peternakan Pak Suwardi, saya mencoba usaha sendiri,” katanya. 

Bermodalkan Rp 5 juta, Nasib membeli 3.000 itik. Saat memulai usaha peternakan itik/bebek, Nasib memeliharanya dengan cara tradisional. Bebek-bebeknya dibiarkan mencari makan di sungai kecil dan sawah. Alasannya, tidak cukup modal untuk membeli pakan ternak yang kala itu sangat mahal. ”Saya angon sendiri ke sungai dan sawah,” katanya.

Seiring dengan berputarnya waktu, hasil usahanya berkembang pesat. Saat ini setidaknya ada 9.000 bebek di kandang miliknya dan 25.000-30.000 bebek di kandang milik mitra kerjanya, yang tersebar di Desa Modopuro, Kecamatan Mojosari, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur.

Ketekunan, keuletan, dan kehati-hatian dalam menjalankan usaha ternaknya tak ayal mengantarkan Nasib menjadi peternak itik/bebek yang berhasil. Kehidupan keluarganya pun kini jauh lebih baik. ”Alhamdulillah, dari usaha ternak itik, saya bisa membeli rumah, tanah, sepeda motor, dan mobil. Namun yang penting dalam hidup ini, saya bisa bermanfaat untuk orang lain,” katanya.

Peternak binaan

Omzet hasil ternaknya saat ini berkisar Rp 50 juta-Rp 60 juta per bulan. Omzet sebesar itu belum termasuk hasil ternak dari 32 mitra usaha yang dia modali di Desa Modopuro, Kecamatan Mojosari, Kabupaten Mojokerto, dan di Kepanjen, Malang. Peternakan itik miliknya dengan lima karyawan menyediakan bibit itik/bebek untuk para mitranya.

Selain di desa tempat kelahirannya, kata Nasib menjelaskan, dia juga punya usaha ternak binaan di Kepanjen, Malang, yang mulai dikembangkan tahun 2003. ”Sekarang ini ada 15 peternak binaan saya yang saya modali dengan bibit itik untuk dibesarkan,” tutur Nasib seraya menekankan bahwa dia selalu mengedepankan kejujuran dan kepercayaan bagi para mitranya.

Soal penetasan telur, Nasib mengaku memiliki 35 oven penetasan yang keseluruhannya mampu menghasilkan lebih kurang 10.000 anak itik. Harga setiap itik (anak bebek) Rp 3.200 untuk pejantan dan Rp 5.000 untuk betina. ”Setiap hari rata-rata 2.500 bibit itik saya kirim ke Samarinda dan Tarakan, Kalimantan Timur. Sebagian lainnya ke Makassar, Malang, dan Tulungagung. Kalau untuk bebek potong, lebih kurang 500 ekor per hari,” katanya.

Usaha yang digeluti Nasib tidak hanya pembibitan itik dari proses penetasan oven, tetapi juga bebek potong dan bebek siap telur. ”Khusus untuk telur bebek, setiap hari saya bisa mengirim 9.000 butir untuk konsumsi, pembibitan, dan pabrik mi serta kerupuk,” katanya.

Nasib, yang sejak berusia 2 tahun sudah yatim piatu karena orangtuanya (Madilan-Rukemi) meninggal, adalah potret anak keluarga miskin tetapi berhasil menggapai kehidupan layak dari beternak itik/bebek. ”Mbakyu saya, Ngatining, yang membiayai sekolah saya sampai SMP. Karena tidak ada biaya untuk melanjutkan (sekolah), ya saya mau tidak mau harus mencari pekerjaan untuk hidup,” tuturnya.

Sebagai peternak itik/bebek, Nasib hanya berharap pemerintah memerhatikan harga pakan ternak yang kini cenderung naik dan mahal. ”Sekarang pakan ternak kosentrat 144 harganya Rp 290.000 per sak, katul Rp 2.500 per kilogram, dan kepala udang Rp 150.000 per blong,” keluhnya.

Sebagai peternak itik/bebek yang terbilang sukses, Nasib tetap bersahaja dalam melakoni hidup. Jika ada waktu senggang, dia tak segan dan malu angon bebek ke sungai yang berada di belakang rumahnya. ”Sesekali saya masih angon bebek, dan di sungai ini saya dahulu memulai beternak itik serta memeliharanya sendiri,” katanya sembari menunjuk puluhan bebek yang berlarian.

Kerinduan masa lalu saat angon itik dan melakoninya kembali tatkala dirinya sudah menapaki kesuksesan sebagai peternak tidak melarutkan Nasib dalam gemerlap kehidupan. ”Saya orangnya dari dahulu ya seperti ini, masih suka angon bebek,” katanya.

Selama 13 tahun menjalankan usaha ternak itik/bebek, Nasib mengaku lancar-lancar saja. Walaupun demikian, kasus flu burung yang mencuat sekitar tahun 2004 berdampak pada penurunan omzet. ”Alhamdulillah, sampai sekarang ini aman-aman saja dan tidak ada ternak saya yang terserang flu burung. Namun, saat marak kasus flu burung, pengiriman itik dan telur bebek ke beberapa daerah, termasuk Bali, sempat tertunda. Hal ini berdampak pada penurunan omzet sampai 50 persen,” tuturnya.

Menyoalkan dampak anomali cuaca terhadap pemeliharaan ternak itik/bebek, Nasib mengatakan, hal itu tak banyak berpengaruh. Namun, dia mengakui, produksi telur bebek menurun. ”Cuaca mendung, hujan, dan dingin bisa membuat produksi telur bebek turun sampai 60-70 persen,” katanya.

Sebagai orangtua yang hanya mengenyam pendidikan sampai bangku SMP, dia termotivasi untuk lebih memerhatikan masa depan dan pendidikan anak-anaknya. Dia ingin anak-anaknya menjadi orang yang sukses dengan keilmuannya. ”Saya ingin anak saya sukses dan kuliah peternakan serta mengerti nutrisi. Apakah nanti mau jadi peternak seperti bapaknya, saya tak tahu. Kalaupun memilih jadi peternak, mereka bisa mengamalkan ilmu nutrisi yang diperoleh dari kuliah,” kata Nasib. (http://bisniskeuangan.kompas.com

Dari beternak itik, ratusan juta rupiah masuk kandang

Lima tahun jadi buruh pabrik dengan penghasilan pas-pasan, membuat Dody ingin berbisnis. Lantaran modal terbatas, Dody memilih bisnis ternak itik. Berkat keuletan dan kerja kerasnya, usaha ini berkembang. Sayang, usaha ini harus layu setelah Dody kena tipu jutaan rupiah. Tapi Dody pantang menyerah dan dia meraih sukses.

Lantaran modal terbatas, Dody memilih bisnis ternak itik. Berkat keuletan dan kerja kerasnya, usaha ini berkembang. Sayang, usaha ini harus layu setelah Dody kena tipu jutaan rupiah. Tapi Dody pantang menyerah dan dia meraih sukses.

Legitnya bisnis kuliner bebek membuat daging unggas ini makin diminati. Permintaan daging dan telur itik terus naik dalam beberapa tahun belakangan. Alhasil, usaha peternakan itik ini mulai banyak dilirik. Salah satu peternak itik yang terbilang sukses itu adalah Dody Faizal.

Dody memilih beternak itik Mojosari pada 2007. Sebab, itik yang satu asal dengannya, yakni Mojosari, di Mojokerto, Jawa Timur ini, merupakan salah satu itik lokal unggulan.

Sebenarnya, di keluarga Dody, usaha peternakan itik adalah usaha turun temurun. Hanya saja, sebelum dipegang Dody, peternakan itu tak dikelola secara profesional. "Itik-itik peliharaan itu asal diangon di sawah sudah cukup," kenang Dody. Sedangkan Dody, mengembangkan itik dengan cara dikandangkan.

Sebelum menjadi peternak itik, Dody hanyalah buruh pabrik di Mojokerto. Ia bekerja sebagai buruh mulai 2004-2009. Penghasilan buruh yang pas-pasan, membuatnya Dody mulai berpikir untuk nyambi beternak itik secara profesional.

Dengan modal Rp 4 juta, Dody mulai usahanya dengan membeli 100 itik siap telur. Ketika itu, harga itik usia produktif hanya Rp 30.000 per ekor. "Waktu itu tahun 2007. Setelah membeli itik itu saya percayakan pada orang untuk merawat dengan sistem bagi hasil," ujar Dody.

Ternak itik Dody berkembang pesat. Dalam waktu setahun, itiknya telah berbiak menjadi 500 ekor. Bahkan ia ketika itu sudah kebanjiran pesanan lantaran makin menjamurnya usaha kuliner bebek goreng.

Sayangnya, Dody sesaat mengecap manisnya bisnis itik. Tanpa sepengetahuan dirinya, orang kepercayaannya itu menjual seluruh itiknya dan membawa kabur uang hasil penjualan. Kalau dihitung harga itik Rp 30.000 per ekor, kerugian Dody mencapai Rp 15 juta.

Meski modal ludes, Dody tak mau menyerah. Ia bertekad akan membangun kembali peternakan itiknya. Masalah yang menimpanya, ia jadikan pelajaran yang berharga. "Seperti di awal bisnis ini, saya juga membeli lagi 300 ekor itik sebagai modal awal. namun dengan harga yang sedikit lebih mahal." kenang Dody.

Belajar dari pengalaman pula, Dody mengubah sistem manajemen peternakan itiknya. Ia kemudian menyewa kandang dan mempekerjakan beberapa karyawan untuk merawat 300 itiknya. Tapi, usaha kali ini tak berjalan mulus. Soalnya, itik-itik yang dibeli Dody tersebut usianya terlalu muda, sehingga ia menjadi boros di pakan. Selain itu juga, bertelurnya Itik-itik milik Dody juga telat.

Hingga akhirnya, Dody memutuskan menjual 250 ekor dan menyisakan 50 ekor itik. "50 Ekor itu saya letakkan di kandang di rumah saya sendiri, saya pelajari karakteristiknya bagaimana," ujar Dody.

Sambil belajar tentang itik, pada 2009, Dody membuat website untuk berdagang itik. Lewat website itulah Dody kebanjiran pesanan. Ternyata usaha jual beli itik juga menguntungkan dan membuat kantong Dody tebal. "Waktu itu ada pesanan dari Jakarta sebanyak 500 ekor," kata Dody.

Namun Dody tak hanya menjadi pedagang saja. Dia tetap ingin membuka usaha peternakan itik sendiri. Dan dari hasil berdagang itik, modal Dody pun makin kuat.

Dody pun mulai serius mengembangbiakkan 50 ekor itiknya itu. Dan kali ini, dengan usia itik yang mencukupi dan penerapan sistem kandang, peternakan ini pun berkembang pesat. Kini Dody telah mempunyai 2.000 ekor itik untuk terus dia kembangkan.(http://peluangusaha.kontan.co.id)

Usaha penggemukan bebek jantan semakin diminati

Permintaan daging bebek muda untuk kebutuhan rumah makan dan pasar tradisional pesanan dari Jakarta terus meningkat.
Usaha penggemukan bebek jantan di daerah Pantura Kabupaten Indramayu, Jawa Barat semakin diminati oleh warga setempat karena cukup menguntungkan dibandingkan bebek petelur.

"Permintaan daging bebek muda untuk kebutuhan rumah makan dan pasar tradisional pesanan dari Jakarta terus meningkat ," kata Ahmad peternak bebek jantan di Indramayu, Jumat.

Perawatan bebek jantan, kata Ahmad, mudah dan cepat kembali modal karena 40 hari peternak sudah bisa menjual daging bebek tersebut.

Dikatakannya, lahan pertanian dan memanfaatkan limbah olahan ikan laut mendukung peternak, mereka tidak kesulitan mendapatkan pakan utama berupa dedak.

Sementara itu Karsiman peternak di perbatasan Kabupaten Subang Indramayu mengaku, usaha penggemukan bebek jantan mampu mengangkat kesejahteraan peternak karena cukup menguntungkan.

"Lahan pertanian di Pantura membantu menyediakan pakan utama dan tambahan, selain itu peternak sepanjang Pantura mudah mendapatkan limbah ikan laut,"katanya.

Keuntungan mengembangkan bebek jantan untuk pedaging, kata dia, cukup tinggi dibandingkan memelihara bebek petelur.

Ir Nandang Kepala Bidang Peternakan Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Indramayu menuturkan, pengembangan usaha ternak bebek di daerah Pantura Kabupaten Indramayu potensial karena lahan pertanian membantu peternak menyediakan pakan alami. (http://www.antaranews.com)

Itik Rambon

Itik Rambon merupakan itik hasil persilangan antara itik lokal Cirebon (Itik Tegal ) dengan itik Alabio. Tujuan persilangan adalah diperoleh itik pedaging berproduksi telur tinggi dan disukai oleh konsumen. Jenis itik rambon banyak terdapat di Jawa Barat, terutama di daerah Cirebon. Selain itu banyak diternakkan juga di Kabupaten Indramayu, Majalengka, Kuningan, Subang, Karawang, Bekasi, dan Banten. Salah satu sentra pembibitan dan peternakan itik ini terdapat di Desa Kroya, Karanganyar, Kecamatan Panguragan, Kabupaten Cirebon. Khususnya sebagai sentra produksi DOD (anak itik umur 1 - 7 hari).
 
Itik rambon jantan memiliki bobot rata-rata 1,4 kg, sedangkan yang betina 1,2kg. Pada itik pejantan terdapat 2-3 helai bulu ekor yang mencuat ke atas, di namakan bulu lancur. Sementara pada betina tidak ada. Ciri lain pejantan rambon adalah bulunya kebanyakan berwarna coklat mengkilap dan bulu di leher dan di kepala berwarna hitam. Sementara paruhnya berwarna hitam panjang. Jika berdiri seperti membentuk sudut 60 derajat dengan bobot tubuh dewasa sekitar 2 kg.  Pejantan Rambon memilki birahi tinggi, sehingga akan sering kawin. Produksi telur mencapai 75 – 80% dengan kulit telur berwarna hijau kebiru-biruan. 

Itik rambon memiliki bentuk tubuh langsing. Tingginya 45 - 50 cm, dan langkahnya tegap. Jika di lihat dari arah kepala, leher, punggung, dan terus ke belakang, bentuk tubuhnya menyerupai botol dengan kepala kecil, mata terang, serta lehernya kecil bulat. Itik ini memiliki postur tubuh mirip itik tegal dan banyak di anggap orang sebagai itik tegal. Perbedaan utama itik rambon dengan itik tegal terdapat pada bulu. Itik rambon memiliki ciri khusus yaitu pada umur 4-6 bulan memiliki bulu sayap berwarna putih.

Itik Peking

Itik peking atau bebek peking merupakan salah satu jenis itik pedaging yang paling banyak di budidayakan di dunia terutama di daerah asalnya China. Itik panggang peking ini sangat populer sebagai hidangan berkelas sejak zaman Dinasti Ming. Hingga sekarang, produksinya menempati urutan teratas di antara jenis itik penghasil daging lainnya. Penyumbang terbesarnya tak lain adalah dari negri China yang memasok sekitar 73% kebutuhan daging itik di dunia.

Keunggulannya sebagai itik potong atau itik pedaging. Karena salah satu keistimewaan itik ini yaitu bobotnya mampu memcapai 5 kg per ekor, sehingga sangat cocok dijadikan itik pedaging atau itik potong. Pertumbuhan itik peking ini sangat cepat karena kemampuan makannya yang besar. Sebagai gambaran itik peking umur 53 hari bisa mencapai bobot badan sekitar 3,25kg, sehingga dalam waktu sekitar dua bulan sudah siap dijadikan itik potong.

Akan tetapi kemampuan bertelur itik peking ini tergolong rendah, berkisar 130 butir per ekor per tahun. dengan demikian itik peking ini cocok sekali dijadikan sebagai itik potong atau itik pedaging


Itik Magelang

Itik Magelang atau sering juga disebut Itik Kalung atau Plontang berasal dari daerah Sempu, Ngadirejo, Kec. Secang, Magelang, Jawa Tengah. Penyebarannya meliputi Magelang, Ambarawa, dan Temanggung. 

Itik ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
  1. Pada itik jantan terdapat bulu putih yang melingkar sempurna di sekitar leher setebal 1-2 cm berbentuk seperti kalung
  2. Warna bulu dada, punggung dan paha didominasi warna coklat tua dan muda
  3. Ujung sayap putih (plontang)
  4. Kaki hitam kecoklatan
  5. Warna paruh hitam
  6. Produksi telur 131 butir/ekor/tahun

Itik Cihateup

Itik Cihateup berasal dari desa Cihateup, Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Itik Cihateup disebut sebagai itik gunung, karena daerah berkembang itik ini berada pada ketinggian 378 m dari permukaan laut (dpl) yang merupakan dataran tinggi, dengan udara yang dingin.  Itik ini berkembang juga di daerah-daerah di sekitar Tasikmalaya, seperti di daerah Garut.

Itik Cihateup betina memiliki potensi sebagai itik petelur, dengan kemampuan produksi sekitar 200 butir/tahun, dan daya tetas telur 65.1%. Itik Cihateup jantan berpotensi sebagai penghasil daging karena kemampuan pertumbuhan bobot badan yang baik.

Itik Cihateup memiliki kemiripan dengan itik-itik lainnya yang ada di Jawa, seperti itik Kerawang, itik Cirebon, maupun itik Tegal. Walaupun demikian, secara genetik terdapat keragaman di antara itik-itik tersebut.  Lebih dekatnya kesamaan sifat antara itik Cihateup dengan beberapa itik disekitar Jawa Barat dan Jawa Tengah dibandingkan dengan itik Alabio, sebab dalam denogram jarak genetika antara itik Cihateup dengan itik-itik lokal yang berasal dari Jawa Barat dan Jawa Tengah lebih dekat dibandingkan dengan itik Alabio.



Itik Alabio

Itik alabio adalah itik borneo atau itik kalimantan. Merupakan itik asli Kalimantan, diperkirakan hasil persilangan antara itik asli kalimantan selatan dengan itik peking. Nama Alabio diberikan pada tahun 1950 oleh Drh. Saleh Puspo, Alabio diambil dari nama salah satu kecamatan di Kabupaten Hulu Sungai Utara di Kalimantan Selatan.

Itik Alabio merupakan itik tipe petelur yang produktif, pada pemeliharaan secara tradisional (digembalakan) menghasilkan telur 130 butir/tahun. Bila dipelihara secara intensif dapat, berproduksi antara 200-250 butir/tahun. Berat rata-rata 65-70 butir, dengan kulit telur berwarna hijau keabu-abuan. Secara umum ukuran telur lebih kecil dibandingkan ukuran telur jenis lainnya. Berat standar itik jantan 1,8-2 kg, sedangkan itik betina 1,6-1,8 kg.

Ciri khas itik alabio adalah sebagai berikut :
  1. Bentuk tubuh segitiga dan membentuk sudut 60 derajat dengan tanah.
  2. Bentuk kepala kecil dan membesar ke bawah.
  3. Warna bulu itik betina kunig keabu-abuan dengan ujung bulu sayap, ekor, dada, leher, dan kepala agak kehitaman.
  4. Warna bulu itik jantan abu-abu kehitaman dan pada ujung ekor terdapat bulu yang melengkung ke atas.
  5. Warna paruh dan kaki kuning.

Itik Bali

Itik bali (Anas sp) adalah itik lokal indonesia yang banyak berkembang di Pulau Bali dan Lombok. Itik ini memilki daya tahan hidup yang sangat tinggi, sehingga dapat dipelihara di berbagai tempat di Indonnesia.
Pada umumnya itik ini hampir sama dengan itik Jawa, hanya badannya lebih berisi dan lehernya lebih pendek, warna bulunya cenderung lebih terang. Seperti halnya itik tegal, itik bali ada tanda warna bulu khusus, juga mempunyai kemampuan produksi telur tertentu.

Itik Bali bulu “sumi” merupakan itik bali yang paling produktif, karena dapat menghasilkan telur sekitar 153 butir/tahun. Itik Bali bulu “sumbian” mampu menghasilkan telur sekitar 145 butir/tahun. Itik bali bulu “sikep” mampu berproduksi telur 100 butir/tahun dengan berat telur mencapai 70 gr/butir dengan kerabang telur berwarna putih, tapi ada juga kebiruan. Itik bali berbulu putih dan kepala berjambul, lebih banyak yang dijadikan sebagai itik hias atau itik untuk sesaji, daripada dijadikan sebagai itik petelur.

Dibandingkan dengan itik-itik petelur lainnya, itik bali merupakan itik penghasil telur berukuran relatif kecil, bahkan ukuran telurnya pun lebih kecil dari itik alabio, yaitu hanya 59 gr/butir. Ukuran tubuh standar itik bali jantan 1,8 – 2 kg, yang betina 1,6-1,8 kg. Karena bentuk tubuhnya yang hampir tegak berdiri seperti burung penguin, maka itik ini dinamakan sebagai itik penguin. Itik Bali umumnya mulai bertelur pada usia 23-24 minggu, tidak mempunyai sifat mengeram telur.

Ciri khas itik bali adalah sebagai berikut :
1. Kepala dan leher kecil, bulat memanjang, dan tegak agak melengkung.
2. Badan ramping dan ekor relatif pendek.
3. Kepala selalu berjambul.

Itik Mojosari

Itik Mojosari disebut juga itik Mojokerto atau modupuro, merupakan itik lokal berasal dari desa Modupuro Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto (Jawa Timur). Keistimewaan itik ini adalah banyak digemari konsumen. sebab walaupun bentuk badan itik ini relatif lebih kecil dibandingkan itik-itik petelur lainnya, tetapi telurnya cukup besar, rasanya enak, dan warna kerabang kulitnya kehijau-hijauan.

Itik Mojosari merupakan itik petelur unggul. Bila digembalakan di areal sawah yang subur, itik ini mampu menghasilkan telur rata-rata 200 butir/tahun. Bila dipelihara secara intensif dengan dikandangkan tanpa air, produksi telur dapat meningkat rata-rata-265 butir per ekor/tahun.

Kelebihan itik mojosari adalah masa produktif dalam bertelur cukup lama. Bertelur pertama kali pada usia 6 bulan sampai 7 bulan produksinya masih belum stabil. Mulai stabil dan banyak produksinya adalah setelah usia menginjak 7 bulan. Kalau perawatannya baik dan tak ada kesalahan dalam pemeliharaan, produksi telur dapat mencapai 70-80 % per hari dari seluruh populasi.

Bentuk tubuh itik mojosari hampir sama dengan itik indian runner lainnya, yaitu seperti botol dan berdiri tegak, hanya saja ukurannya relatif kecil.Warna bulu itik jantan dan betina tidak berbeda, umumnya berwarna kemerahan dengan variasi dari coklat, hitam, dan putih. Perbedaan yang mencolok diantara kedua jenis kelamin ini adalah pada itik jantan, bentuk bulu ekor yang melengkung ke atas selembar hingga dua lembar. Paruh dan kakinya berwarna lebih hitam dibandingkan dengan itik betina.